:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2350215/original/052868400_1536044578-kepala_bayi2.jpg)
Saat menjalani perawatan di RSUD Pandan selama kurang lebih 1 minggu, pembengkakan kepala dan leher bagian belakang Wahyuni menyusut. Namun, secara perlahan kulit leher bagian belakang melepuh, menjalar hingga kulit kepala bagian belakang.
"Pihak rumah sakit menyarankan kami berobat ke salah satu rumah sakit di Medan. Karena terkendala kemampuan ekonomi, kami membawanya pulang ke rumah," ungkap Frenki.
Frenki menceritakan dirinya hanya bekerja sebagai buruh harian lepas. Dirinya merasa tidak mampu untuk membawa Wahyuni berobat ke Medan. Untuk mendapatkan perawatan medis di RSUD Pandan, Frenki hanya bermodalkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).
Berdasarkan hal itu, perasaan putus asa menghantui keluarga mereka, apalagi kondisi kesehatan Wahyuni semakin memprihatinkan. Mirisnya lagi, jaminan kesehatan seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) maupun BPJS tidak mereka miliki.
"Jangankan biaya berobat, biaya makan sehari saja kami sering keteteran. Kadangkala harus minjam dulu sama tetangga," ungkapnya.
Mereka berharap kepada para dermawan dan juga pemerintah. Frenki dan Dewi sangat ingin anaknya segera sembuh dan sehat seperti semula agar dapat menjalani hidup normal layaknya seorang anak seumurannya.
"Kami sangat-sangat berharap ada yang berkenan membantu biaya pengobatan. Kami ingin melihat Wahyuni sehat dan bisa bermain dengan anak seusianya," Frenki menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Didorong perasaan takut tak bisa membayar, sang ibu nekat mendaftar dengan alamat palsu ke pihak rumah sakit dan meninggalkan bayi perempuan yang baru dilahirkannya.
No comments:
Post a Comment