Pages

Friday, October 5, 2018

Dukung Negara Barat, Prancis Tuduh Rusia Jadi Dalang Aksi Spionase Siber

Sebuah serangan siber Rusia yang menyasar markas besar pengawas senjata kimia internasional berhasil digagalkan oleh intelijen Belanda, beberapa pekan setelah serangan racun Novichok pada eks mata-mata Negeri Beruang Merah, Sergei Skripal, di Salisbury, pada April 2018 lalu.

Hal ini, menurut banyak pengamat, kian meningkatkan tensi perang diplomatik antara Barat dan pemerintahan Presiden Vladimir Putin di Moskow.

Insiden itu, yang digagalkan dengan bantuan para pejabat intelijen Inggris, terungkap ketika unit kejahatan siber Sandworm --dari badan intelijen militer Rusia GRU-- tidak berhasil meretas Kantor Luar Negeri Inggris pada Maret, dan fasilitas senjata kimia Porton Down pada bulan April.

Dikutip dari The Guardian, Jumat (5/10/2018), Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan bahwa Moskow dapat menghadapi sanksi lebih lanjut terkait jejak bukti yang sangat rinci di Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.

Pihak berwenang Belanda menyebut empat mata-mata Rusia diketahui bernama Evgenii Serebriakov (37) sebagai ahli internet, serta Aleksei Morenets (41), Oleg Sotnikov (46), dan Alexey Minin (46) sebagai ahli teknologi kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI).

Masih menurut otoritas Belanda, keempat mata-mata tersebut terlihat tidak berusaha menyembunyikan kehadiran mereka di Negeri Kincir Angin, yang datang menggunakan paspor diplomatik Rusia di Bandara Schiphol.

Ditangkap di Den Haag, Belanda

Setelah melalui bea cukai dan kontrol imigrasi, seperti yang tampak dalam bukti rekaman CCTV, keempat mata-mata Rusia itu menyewa mobil dan menuju Den Haag.

Para pejabat senior keamanan Inggris mengatakan, mereka ditangkap oleh intelijen Belanda tiga hari kemudian, pada 13 April, duduk di mobil sewaan mereka yang diparkir dekat dengan gedung OPCW. Mereka mencoba --dan gagal-- menghancurkan peralatan peretas, dan berusaha segera kembali ke Moskow.

Di bagian belakang kendaraan, para penyelidik menemukan sebuah laptop yang terhubung ke ponsel 4G dan antena panel wi-fi, sebagian tersembunyi di bawah mantel, serta peralatan peretasan khusus lainnya.

Mereka juga diketahui membawa uang tunai senilai 20 ribu euro (setara Rp 349 juta) dan US$ 25 ribu (Rp 379 juta), serta struk taksi dari fasilitas GRU di Moskow dan peta pengintaian.

Selain itu, ditemukan pula tiket kereta tujuan Basel, bersama dengan bukti pencarian online untuk laboratorium Spiez, lembaga perlindungan nuklir, biologi, dan kimia Swiss, yang telah mengonfirmasi klaim Inggris bahwa Skripal telah terpapar agen saraf kelas militer Novichok.

Manajer Hotel Marriott di sebelah markas OPCW, di mana empat mata-mata Rusia yang diduga tinggal, mengatakan bahwa mereka ditangkap tanpa paksaan dan dengan "tidak ada keterlibatan James Bond".

Vincent Pahlplatz mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa kuartet itu ditangkap oleh petugas Belanda di siang hari ketika mereka berjalan keluar dari lift.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/global/read/3660425/dukung-negara-barat-prancis-tuduh-rusia-jadi-dalang-aksi-spionase-siber

No comments:

Post a Comment