Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri acara Parenting Akbar dan Makan Ikan di Taman Ahsantum Al-Ihsan Boarding School, Riau pada Rabu 3 Oktober 2018.
Sambutan Susi dibuka dengan pantun jenaka yang menghibur para peserta yang hadir. “Nelayan melaut setiap hari, dapat ikan kakap dan tengiri, betapa riang hatiku hari ini, di Pekanbaru ketemu ustad dan para santri,” tutur dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, yang ditulis Sabtu (6/10/2018).
Dalam acara tersebut, Susi mengatakan, kegiatan makan ikan bersama, memang secara rutin dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama masyarakat.
"Beberapa bulan lalu kita telah melakukan di Jawa Timur, bulan depan rencananya kita akan lakukan di Surabaya, Lombok, Probolinggo, Banyuwangi, Situbondo, Palu, dan beberapa tempat lainnya," ujar dia.
Susi optimistis Kabupaten Riau dapat menjadi salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Ia pun mengenang Bagan Siapi-api di Sumatera Utara yang dahulunya merupakan salah satu kota penghasil ikan terbesar di Indonesia. Namun, ketika kapal-kapal illegal fishing masuk dan mulai menguasai perairan Indonesia, produksi ikan hasil tangkapan nelayan setempat menurun drastis.
"Saya yakin ikan-ikan di Riau ini akan kembali lagi, jika penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan terus dilarang. Saya yakin akan jadi bandar ikan seperti Bagan Siapi-api," ungkapnya.
Dalam 20 tahun terakhir, lanjut Susi, laut Indonesia banyak didatangi kapal-kapal dari luar negeri untuk mengambil ikan. Tidak terasa pada tahun 2000-an banyak perusahaan berhenti karena jumlah ikan berkurang drastis. Hal ini juga disusul dengan menurunnya jumlah profesi nelayan.
"Banyak nelayan di Pulau Jawa beralih profesi dan memilih datang ke Jakarta, karena ikannya habis. Hari itu kita semua tidak tahu kenapa ikan kita habis,” terang Susi Pudjiastuti.
"Setelah saya menjadi Menteri dan melihat apa yang terjadi, rupanya tahun 2001 Pemerintah mengijinkan kapal asing untuk berganti bendera menjadi bendera Indonesia dan menangkap ikan di wilayah kita. Namun karena niat mereka datang adalah untuk mencuri, ijinnya satu kapalnya ada 10-20 kapal. Kapalnya itu besar-besar. Akhirnya jumlah (produksi) ikan kita menurun hingga beberapa juta ton saja," tambah dia.
Berbagai persoalan mengenai kelautan dan perikanan muncul, dan berujung pada terbongkarnya kasus illegal fishing yang menyeret kejahatan lainnya, seperti penyelundupan hewan-hewan langka, penyelundupan obat-obat terlarang hingga perdagangan manusia.
"Indonesia ini negara yang besar dan penduduknya begitu banyak, masa dengan jumlah penduduk yang begitu banyak ini kita tidak bisa mengelola laut kita sendiri. Kita malah membiarkan kapal-kapal asing masuk mencuri ikan dan melakukan kejahatan lainya seperti penyelundupan narkoba, miras, dan binatang-binatang langka dari Indonesia,” ujar dia.
Akhirnya pada 2016 lalu, Presiden Joko Widodo meneken Perpres nomor 44 yang melarang investasi asing masuk ke dalam industri perikanan tangkap.
"Pemerintah sudah putuskan asing tidak boleh tangkap ikan Indonesia, sudah ada Pepres-nya. Kita harus jaga itu, karena mafia-mafia tidak akan pernah berhenti," ujar Susi.
"Dan presiden dengan komitmennya, akhirnya sudah ada 488 kapal yang ditenggelamkan,” tambah dia.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3660823/menteri-susi-ajak-masyarakat-gemar-makan-ikan
No comments:
Post a Comment