Liputan6.com, Jakarta Barcelona sudah banyak dikritik gara-gara kebijakan yang tidak memperhatikan pemain-pemain muda jebolan La Masia. Setidaknya dalam tujuh tahun terakhir sejak era Josep Guardiola, pemain jebolan La Masia kurang terlihat gaungnya.
Untuk menyebut sedikit dari banyak pemain La Masia yang beruntung yaitu Sergi Roberto. Dia survive di tengah kebijakan Presiden Josep Maria Bartomeu yang jor-joran membeli bintang.
Sedangkan yang lain lebih banyak terbuang. Rafinha yang nyaris meniru keberuntungan Sergi Roberto malah lebih banyak cedera bersama Barcelona.
Belum lagi bakat-bakat La Masia yang pergi ke klub lain meninggalkan Barcelona. Sebut saja Oriol Romeu, Mauro Icardi, Gerard Deulofeu, Marc Bartra dan Cristian Tello.
Saat Luis Enrique memegang Barcelona, bakat-bakat pemain Barcelona dari La Masia nyaris tidak muncul. Bahkan pelatih yang kini menahkodai Timnas Spanyol ini jarang merotasi pemain sehingga kerap kebingungan menerapkan strategi.
Meski begitu, Enrique tetap sukses menakhodai Barcelona. Di musim pertamanya, dia mampu memberi Barcelona 6 gelar sekaligus termasuk treble juara La Liga, Liga Champions dan Copa del Rey.
Di era ini, Barcelona seakan menerapkan filosofi yang berlawanan dengan Real Madrid. Los Blancos yang dulu kerap dijuluki sebagai klub royal, kini malah lebih suka memainkan pemain muda dari La Fabrica atau akademi. Lucas Vazquez, Marco Asensio, Nacho, Dani Carvajal dan Marcos Llorente nama-nama La Fabrica yang menjadi pilar di Madrid saat ini.
Pelatih Barcelona saat ini, Ernesto Valverde perlahan-lahan mulai tahu kebutuhan klub. Di saat badai cedera menerpa dan kebutuhan akan rotasi, dia mulai memainkan pemain-pemain La Masia punya harapan: Carles Alena dan Riqui Puig.
Saat melawan Cultural Leonesa di leg keduda 32 besar Copa del Rey, Valverde malah menurunkan nyaris banyak pemain La Masia seperti Oriol Busquets, Chumi Bandariz dan Juan Miranda. Inikah era baru bagi pemain La Masia di Barcelona?
No comments:
Post a Comment