"Jika kau rasa bumi itu bergetar, lalu air laut menghilang. Janganlah kamu berlari ke pantai dan memungut ikan. Segeralah lari ke bukit atau tempat tertinggi. Tak lama setelah laut menghilang, smong akan tiba dan mengambil semua yang dilintasinya," tulis akun Instagram @poeticpicture, Rabu, 3 Oktober 2018.
Melalui dongeng yang juga dijabarkan di rentatan syair ini kakek-nenek dan orang tua terus menerus bercerita kisah memilukan satu abad lalu. Karenanya, ketika tsunami pada 2004 menghantam, masyarakat Simeulue sudah mengetahui langkah apa yang harus dilakukan.
Pesan lain yang tersirat dalam dongeng turun-menurun ini adalah andai ada gempa kuat, disusul air laut surut, jangan ke tepi pantai memungut ikan yang bermunculan di tepi pantai karena sebentar lagi akan datang smong.
Jika itu terjadi, berlarilah ke gunung menyelamatkan diri. Bawalah anak-anak, orang tua, dan perempuan berlari menjauhi pantai. Berteriaklah, smong… smong…smong….
Begitulah dan budaya Pulau Simeulue yang terus terjaga bisa menyelamatkan warganya. Mereka tahu harus berbuat apa ketika smong atau tsunami datang. Bukan dari peringatan secara ilmiah, tetapi melihat tanda-tanda alam.
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3658345/dongeng-tetua-selamatkan-warga-pulau-simeulue-dari-tsunami
No comments:
Post a Comment