Liputan6.com, Serang - PT Marga Mandala Sakti (MMS) berencana melebarkan ruas tol dari Serang Timur sampai Cilegon Timur, menjadi empat ruas jalan di setiap lajurnya.
"Salah satu program kita adalah partnership. Kita bekerjasama dengan pengembang yang ada di wilayah Banten, untuk membuka akses baru jalan tol ke arah wilayah pengembangan kawasan itu," kata Kris Ade Sudiyono, Presiden Direktur (Presdir) PT MMS, selaku pengelola jalan tol Tangerang-Merak (Tamer), Kamis (7/2/2019).
Begitu dengan ruas tol dari Cilegon Timur sampai gerbang tol Merak, akan ditambah. Mengingat saat ini, ruas tol Trans Jawa dan Sumatera telah tersambung. Ditambah, Pelabuhan Merak telah memiliki dermaga eksekutif, yang waktu berlayar hanya sekitar satu jam.
"Mudah-mudahan secara bertahap, berkesinambungan, lebar jalur kita akan bertambah. Sudah masuk ke jalur plant kita," terangnya.
Rencana dekat, perseroan menjajaki kerja sama dengan grup Wilmar di daerah Bojonegara, Kabupaten Serang.
MMS dengan Wilmar, sedang berdiskusi untuk membangun simpang susun di gerbang tol Cilegon Timur, yang nantinya pintu keluar dan masuk tol, berada dekat dengan kawasan industri Wilmar.
Harapannya mengurangi kemacetan di gerbang tol Cilegon Timur dan jalan arteri di Kota Cilegon.
"Nanti di daerah pengembangan Wilmar sampai ke Bojonegara akan ada akses khusus dari tol langsung kesana. Kita sedang finalisasi dengan pemerintah daerah dan pengembang di kawasan itu," ujar dia.
Pada 2018, keuntungan yang diperoleh PT MMS, anak usaha dari grup Astra, mencapai Rp 1 triliun.
Pihaknya mengaku pendapatan itu meningkat lantaran jumlah lalu lintas di ruas tol Tangerang-Merak menjadi 171 ribu per hari, dari hari biasanya hanya sebesar 150 ribuan kendaraan yang melintas.
"Rekor itu sebelumnya di pegang tahun 2015, yaitu 163 ribu. Baru pecah di 2018. Kalau layanan kita baik, perekonomian di Banten meningkat, itu juga akan meningkatkan pendapatan kita," ujar dia.
Pengusaha Truk Keluhkan Tingginya Tarif Tol Trans Jawa
Sebelumnya, pengusaha truk mengeluhkan tarif Tol Trans Jawa yang dinilai terlalu mahal. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Nofrisel menyebutkan tarif Tol Trans Jawa sangat berpengaruh terhadap pengeluaran perusahaan.
Bahkan jika diakumulasikan, tarif tol meningkat pesat dibanding sebelumnya. "Sebenarnya bukan kemahalan. Kita membacanya bukan rate tarifnya. Kita membacanya bahwa penerapan tarif itu berpengaruh terhadap struktur cost kita, dari sisi pengusaha truk," kata dia di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu 6 Februari 2019.
Dia mengungkapkan, bila melalui jalur Tol Trans Jawa, biaya operasional truk kian membengkak. Padahal, tarif tol mengambil perann cukup besar dari total pengeluaran logistik.
"Kita dengan komponen seperti itu, maka kita merasakan adanya implikasi cost yang naik di struktur cost kita. Jadi kita merasa bahwa komponen tol cukup signifikan pengaruhnya terhadap struktur cost kita," ujar dia.
Dia mengungkapkan, semula biaya untuk jalan tol hanya berkisar antara Rp 500 hingga Rp 600 ribu. Sekarang tarif tersebut membengkak hingga dua kali lipat.
"Cukup signifikan ya (pengaruhnya), kalau sekarang tarif tol hampir sejuta lebih, belum fuel, orang yang bolak-balik. Dua kali lipat," ujarnya.
Dia menyatakan pihaknya berharap tarif tol Trans Jawa dapat ditinjau ulang dengan mempertimbangkan banyak aspek. Diharapkan tarif tol Trans Jawa bisa diturunkan hingga 20 persen.
"Jadi kita berharap bisa dipertimbangkan untuk tarif tol, di-adjust, ditinjau kembali. Sementara yang dilakukan teman-teman Aptrindo ya sebagian tidak lewat jalan tol. Mereka memilih jalur pantura biasa," tutup dia.
Konektivitas di Pulau Jawa kini semakin berkembang. Terutama dengan banyak dibukanya ruas-ruas jalan tol baru yang menghubungkan banyak daerah. Namun kondisi tersebut masih menyisakkan satu permasalahan. Yaitu tarif yang tidak murah.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment