Pages

Saturday, April 6, 2019

Semangat Pemilu dari Tenda Pengungsian Korban Gempa dan Tsunami Palu

Liputan6.com, Palu - Seorang ibu korban gempa bumi dan tsunami itu duduk di depan tenda tempat mereka mengungsi selama lima bulan terakhir sambil memerhatikan gambar calon presiden dan wakil presiden, kontestan Pilpres 2019.

"Tetap harus memilih pak, sebagai bentuk terima kasih kepada pemerintah atas bantuan yang selama ini diberikan kepada kami," kata Salma, pengungsi korban tsunami di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah yang ditemui belum lama ini.

Ia dan suaminya adalah nelayan yang tinggal bersama tiga orang anak mereka di tenda berwarna putih bantuan sosial karena rumah mereka hancur disapu tsunami, 28 September 2019. Bencana gempa dan tsunami meluluhlantahkan sebagian besar wilayah pantai di Kabupaten Donggala, mengakibatkan banyak dari warganya yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda bahkan sanak saudara.

Puluhan ribu jiwa terpaksa mengungsi. Banyak yang mengungsi di selter dan tenda-tenda pengungsi dan tidak sedikit yang tinggal di rumah keluarganya yang tidak rusak diguncang gempa bermagnitudo 7,4 pada skala richter itu.

Walau tengah dirundung duka dan trauma mendalam namun semangat merayakan demokrasi di tenda-tenda pengungsian Kecamatan Sirenja tampak tetap tinggi.

"Menggunakan hak suara pada Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April nanti adalah sesuatu yang wajib diikuti dan dimeriahkan oleh para pengungsi Donggala," ujar Salma yang sedang menanti kepulangan suaminya dari melaut sore itu.

Duka dan kesedihan yang belum juga habis bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk tidak memilih siapa pemimpin yang akan menahkodai mereka lima tahun ke depan.

"Tetap harus memilih sebagai bentuk terima kasih kepada pemerintah atas bantuan yang selama ini diberikan kepada kami," kata Salma dilansir Antara.

Selain itu kata ibu tiga anak ini, menggunakan hak pilih saat pemilu nanti adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang yang mengaku warga negara Indonesia.

"Sebab pilihan kita akan menentukan nasib lima tahun ke depan. Yang penting ada surat panggilan untuk memilih, saya akan memilih. Saya dan keluarga tidak pernah golput," ujarnya.

Hal serupa dikemukakan Adnan, pengungsi korban gempa di Desa Dampal, Kecamatan Sirenja.

"Selain karena kewajiban sebagai warga negara juga karena dorongan hati untuk dipimpin oleh pemimpin yang saya anggap baik," ucap Adnan saat ditemui di kawasan hunian sementara (huntara) yang baru selesai dibangun.

Ada harapan ingin disampaikan Adnan yang seorang petani sekaligus anggota hansip desa, bahwa pemimpin yang dipilihnya nanti akan menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan.

"Jangan sampai terjadi salah memilih pemimpin saat sudah di bilik suara nanti, apalagi hanya karena iming-imingan duit," katanya.

Adnan sadar dirinya tidak ingin sampai salah memilih pemimpin hanya karena tawaran uang. "Pilihlah berdasarkan hati nurani. Kalaupun tetap dipaksa dikasih uang, ambil saja uangnya tapi jangan pilih si pemberi uang," ucapnya sambil tertawa.

Adnan juga mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta mengamankan dan melancarkan jalannya proses pemungutan suara nanti.

Adnan menyadari sikap peduli itu penting dilakukan untuk menjaga mencegah aksi oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang ingin melakukan kecurangan ataupun mengacaukan jalannya pemungutan suara nanti.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/regional/read/3935583/semangat-pemilu-dari-tenda-pengungsian-korban-gempa-dan-tsunami-palu

No comments:

Post a Comment