Prancis, khususnya Kota Paris, mengalami kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade terakhir pada Sabtu pekan lalu.
Pemerintah telah mengatakan akan menghapus kenaikan pajak bahan bakar dari rencana anggaran negara, di mana kebijakan sebelumnya menjadi alasan kemunculan protes "rompi kuning".
Tetapi, ketidakpuasan lebih luas terhadap pemerintah menyebabkan meluasnya aksi protes, hingga berujung pada kerusuhan.
Dalam wawancara dengan saluran TV TF1, PM Philippe mengimbau masyarakat tetap tenang, tetapi menambahkan: "Kami menghadapi orang-orang yang tidak di sini untuk memprotes, mereka datang untuk menghancurkan, dan kami tidak akan memberi kebebasan untuk itu."
Para pengunjuk rasa "gilets jaunes", yang berarti rompi kuning dengan visibilitas tinggi yang wajib dikenakan oleh sopir komersial Prancis, awalnya mengeluh pada peningkatan tajam pada pajak harga bahan bakar diesel.
Presiden Emmanuel Macron mengatakan motivasinya adalah untuk mendukung kebijakan berbasis lingkungan, tetapi pengunjuk rasa menuduhnya tidak berhubungan.
Pada akhirnya, kebijakan tersebut dibatalkan, tetapi aksi protes rompi kuning tidak bisa diredam. Pekan lalu, gerakan --yang tidak memiliki kepemimpinan khusus-- mengeluarkan lebih dari 40 tuntutan kepada pemerintah.
Beberapa dari tuntutan tersebut adalah kenaikan minimum uang pensiun, perubahan luas pada sistem pajak, dan pengurangan usia batas akhir kerja.
Gerakan protes telah mendapatkan momentum melalui media sosial, mencakup seluruh rentang peserta dari kaum anarkis yang paling kiri ke nasionalis paling kanan, dan moderat di antara keduanya.
https://www.liputan6.com/global/read/3801337/antisipasi-potensi-kerusuhan-prancis-menara-eiffel-ditutup-akhir-pekan-ini
No comments:
Post a Comment