Kepada Liputan6.com, Kamis, 3 Januari 2018, siang, Kepala Stasiun Klimatologi Aceh Besar, Wahyudin, menjelaskan bahwa fenomena awan berbentuk aneh dapat dijelaskan secara ilmiah. "Insya Allah, tidak ada mistis di balik fenomena tersebut," kata dia.
Awan membelah langit merupakan sinar antikrepuskular. Cahaya ini adalah berkas sinar yang mirip dengan sinar krepuskular, tetapi terlihat berada di tempat yang berlawanan dari matahari.
"Cahaya ini terjadi ketika sinar krepuskular yang muncul dari matahari terbit atau tenggelam terlihat mengalami konvergensi ulang di titik antisolar atau titik langit yang berlawanan dengan arah matahari," jelasnya.
Fenomena ini juga terjadi karena sinar matahari terhalang oleh awan atau objek lainnya seperti sinar krepuskular. "Jadi, horizon tampak terbelah disebabkan cahaya matahari tertutup oleh awan tertentu, bisa cumulonimbus atau gunung, dan biasanya terjadi waktu sore atau pagi hari," imbuh dia.
Sementara itu, fenomena awan bertopi dikenal juga dengan sebutan cap cloud. Awan ini jenis lenticular cloud yakni jenis altocumulus lenticularis atau lenticularis stand altocumulus.
Jenis awan yang unik dan biasa terbentuk di sekitar bukit dan gunung ini, akibat pergerakan udara di kawasan pegunungan. Awan ini disebut lenticularis, berarti lensa juga dikenal dengan nama awan lennis.
Menurut Wahyudin, awan aneh atau lenticular dibedakan menjadi beberapa jenis. Altocumulus standing lenticularis (ACSL) terjadi di dataran rendah, stratocumulus standing lenticularis (SCSL) pada ketinggian tingkat menengah, dan cirrocumulus standing lenticularis (CCSL) pada ketinggian yang lebih tinggi dari atmosfer.
"Hal ini terjadi di atmosfer di sekitar gunung berpotensi membentuk konfigurasi awan berbentuk topi. Situasi itu akibat udara hangat yang lembap dari bawah kemudian naik dan berinteraksi dengan udara dingin di puncak gunung dan awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak," dia memungkasi.
Simak video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment